Kesenian Jaran Kepang di Desa Randugunting bernama BUDI UTOMO yang sudah berdiri sejak ratusan tahun yang lalu oleh nenek moyang Desa Randugunting, hanya saja disahkan secara tertulis sejak tahun 1948. Saat ini, kesenian ini diketuai oleh Gigih Prasetiawan dan beranggotakan 97 orang pemain. Dahulu, kesenian ini bertujuan untuk menyebarkan agama melalui kesenian. Namun saat ini telah menjadi wadah untuk melestarikan budaya, sebagai hiburan warga, serta untuk menjalin kelekatan komunikasi di masyarakat. Biasanya, kesenian ini ditampilkan pada saat peringatan satu sura, hari kemerdekaan, ataupun dalam rangka memeriahkan acara tertentu seperti penyambutan di Kabupaten. Selain itu, kesenian ini tidak hanya dikenal di Desa Randugunting saja, tetapi juga di luar daerah yang dibuktikan dengan partisipasi kesenian ini dalam berbagai acara maupun festival di Gunungpati, Ungaran Barat, Pudakpayung, hingga Boyolali. Adapun tradisi khas dari kesenian ini yaitu setiap memperingati satu sura akan ada kegiatan “prihatin bareng” demi keselamatan warga, adanya ritual khusus sebelum menampilkan tarian, serta masih menggunakan beberapa gerak tari zaman dahulu yang memang harus dibawakan pada saat tampil.
B. Industri Kerupuk
Industri ini didirikan pada tahun 1991 oleh Bapak Kathur Sudiptyo. Di Industri ini, terdapat 10 jenis kerupuk yang diproduksi dan didistribusikan ke berbagai wilayah seperti Pasar Ungaran, Pasar Surbyono, hingga Semarang. Industri ini juga memiliki tiga orang karyawan dan mulai memproduksi dari jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Pemilik pun mengaku bahwa dengan adanya industri ini dapat menyambung pendapatan keluarga, walaupun pada tahun lalu sempat mengalami hambatan karena kenaikan harga minyak goreng.
C. Industri Tahu
Industri tahu ini didirikan pada tahun 2011 oleh Bapak Suwarto. Selain tahu, terkadang ampas dari proses pembuatan tahu dibuat tempe gembus. Proses produksi dilakukan mulai pukul 06.30 WIB sampai 19.00 WIB, mulai dari menghaluskan kedelai sampai pemisahan sari dan ampas tahu sudah menggunalan bantuan mesin yang diciptakan oleh Pak Suwarto sendiri, hanya pencetakan tahu yang masih manual. Proses pendistribusian dikirimkan ke Karangjati dan terdapat beberapa pelanggan dari Pringapus.
D. Produksi Tahu Bakso
Rumah produksi ini mulai berjalan pada tahun 2020 oleh Ibu Sri Widayatiningsih karena masa pandemi Covid-19 sehingga beliau mencari solusi dengan mulai memproduksi tahu bakso. Selain tahu bakso, Ibu Ning juga memproduksi bakso dan distribusinya meliputi Pasar Merakmati, Pabrik Sriboga Ratu Raya, juga ke sejumlah warung kecil. Dalam produksinya, tidak ada rentang waktu tertentu, karena disini pemilik fleksibel menyesuaikan pesanan dari pelanggan. Uniknya, produksi dilakukan setiap 2 kilogram adonan, sehingga rasa dan konsistensinya tidak berubah